Pages

Kamis, 16 Februari 2012

Kan katanya jodoh pria itu satu dari tulang yang hilang, jadi apakah?

Jodoh kita itu juga mempunyai osteosit atau sel pembentuk tulang yang sama? kan katanya satu yang di pisah?
nah dari topik di atas muncul pertanyaan yang asik dibahas deh, ini dia

1.so, kalau gitu bagaimana dengan kasus incest, kan gak boleh menikah sedarah karena bahaya,. Bukankah sel2 darah itu berasal dari sumsum tulang. Jadi kalau tulangnya sama selnya apakah sel2 darahnya gak sama juga?
2.
trus gimana dengan gen..bawaan yang nantinya di turunkan ke keturunannya, meski ntar juga akan dominan mana antara si ayah atau si ibu?
3.
bukankah kalau asalnya satu tulang yang di pisah akan menghasilkan yang sama juga?

Tenang, pertanyaan-pertanyaan di atas sudah saya siapkan pembahasannya, haha.
coba di cek dulu, lalu dipahami, cieeeh :D. Semoga bermanfaat ya..

ANSWER
Kasus incest itu penyakit genetika/manipulasi DNA. Sedangkan sel darah itu tdk ada DNA atau RNA. Maka dari itu para pendonor darah tak akan mewariskan sifatnya, jadi tdk ada masalah jika bagian yang diambil adalah tulang untuk menciptakan hawa. Namun mengambil dari tulang untuk meng clone seseorang itu tdk mungkin karena manusia tdk akan pernah mampu Clone, itu hanya ilmu Allah yang tau. Manusia tak mampu menciptakan ruh untuk menghidupkan seonggok jasad.

Bagaimana dengan gen? Tetap saja 50% dari ayah dan 50% dari ibu.

Selama ini umat manusia memiliki golongan darah sebagai berikut
A dominan ---- dirumuskan IAIA
A resesif ------- dirumuskan IAIO
B dominan----- dirumuskan IBIB
B resesif-------- dirumuskan IBIO
AB---------------- dirumuskan IAIB
O------------------ dirumuskan IOIO

Nah, pasangan kawin yang memungkinkan memperoleh keturunan itu semua adalah:
(ingat dari ayah dan ibu masing masing 50%) Ayah IAIO, ibu IBIO atau sebaliknya.

Dapat disimpulkan, golongan darah Nabi Adam adalah IAIO dan Hawa IBIO atau sebaliknya. Sehingga keturunan petama memiliki darah yang bersifat resesif namun memungkinkan untuk seluruh golongan A, B, AB, O. Nah barulah pada generasi kedua (cucu Adam) didapat sifat dominan manakala "IA/IB" yang sejenis bertemu kembali saling menguatkan mnjadi dominan.

Lalu bagaimana dengan "jodoh pria itu satu dari tulang yang hilang?" Untuk yang satu ini saya belum mendengar dalilnya.

Okee, sedikit postingan dari saya semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan. Amiin

Sumber: Yahoo answer






Jumat, 10 Februari 2012

Short Story Without A Title


Para readers semua, coba nih dilihat cerpennya, yaa memang saya tidak ahli dalam hal tulis menulis.. Jadi maaf kalau cerpennya jelek :D. Nah, trus saya juga masih bingung mau dikasih judul apa "___", bagi yang udah baca minta bantuannya ini cerpen enaknya dikasih judul apa yaa :D. Yaudah deh.. langsung aja cek, selamat membaca
 

Perkenalkan, namaku Thalita. Lita, begitu aku dipanggil teman-temanku di kelas. Statusku adalah sebagai siswa kelas XI di SMA 10 . Pagi ini, seperti biasa, aku memulai hariku dengan pagi yang hangat. Kebiasaan, setiap hari pergi ke sekolah, aku selalu mengenakan topi kesayanganku dari orang yang pernah menyayangiku, Fian. Dia adalah cowok yang pernah menyayangiku sepenuh hati di waktu aku masih duduk di kelas X, meskipun aku tak sepenuh hati menyukainya, namun aku tahu maksud dirinya. Maklum saja, dia juga manusia, dia pantas mencintaiku apa adanya. Dan sekarang aku juga masih merindukan keberadaannya. Aku putus komunikasi dengan dia semenjak dirinya pindah sekolah. Di setiap perjalanan menuju kelasku, aku selalu mengingat bagaimana Fian memberikan topi ini dengan malu-malu, dan dengan pipinya yang merah merona, ia memberanikan diri mendatangiku untuk pertemuan yang terakhir kalinya sebelum dia pindah sekolah.

                                                                        ***
Lita!” ucap seorang cowok yang memulai langkahnya masuk ke kelasku. “Rendy!” jawabku    sambil melambaikan tanganku ke dirinya. Rendy adalah cowok yang dikenal dekat denganku sejak awal aku duduk di bangku sekolah menengah ini. Ia memang suka sekali memanggilku ketika ia sedang bertemu diriku. Sebenarnya sejak awal, aku lebih menyukainya dari pada Fian, tapi ketulusan Fian membuat hatiku luluh dan mungkin kupikir sekarang aku lebih bersikap biasa dengannya.
“Ada pelajaran?” tanyanya padaku.                                                                                                         Ya, aku masih ada pelajaran. Ada apa?” tanyaku kembali.
Hmmm… bisa ketemu di Baverage Juice siang ini?” tanyanya. Sikapnya kepadaku masih saja belum berubah semenjak pertama bertemu di SMP ini.                                                                                   Aku tak tahu juga,Ren. Mungkin jika aku bisa, aku segera menghubungimu.”jawabku.
Yess.. tak apalah, yang penting kamu bisa datang” kelihatannya Rendy menyembunyikan sesuatu di belakangku, namun apa itu, aku tak mengerti juga.
Oke, aku usahakan deh” jawabku singkat, lalu ia tersenyum manis padaku dan beranjak pergi.
Bersamaan dengan itu, bel masuk mulai terdengar dan aku masuk ke kelasku dengan santai.

                                                                        ***
            Saat di kelas, kutatap satu per satu wajah teman-temanku yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sedang menyisir rambutnya, ada yang sedang berdiskusi, ada juga yang sedang menikmati segelas minuman dengan temen-temannya. Namun ada yang berbeda di saat pandanganku beralih pada seorang cowok berkulit putih dan ia terlihat sedang membaca buku yang berukuran lumayan tebal dan besar, ia sendirian dan aku mulai melangkah menghampirinya.

Hai…” sapaku.
Saat
cowok itu baralih memandangku, aku kaget dan ternyata itu adalah Fian.
Fian? Ini kah dirimu yang baru?” ucapku dengan heran atas kehadirannya kembali di sekolah ini.
Hai, Lita.. ! yah, inilah aku, seseorang yang dulu pernah kau kenal” canda Fian.
Hahahaha… tak pernah kufikir sebelumnya, kita akan bertemu lagi. Kapan dirimu mulai kembali di sekolah ini lagi?” aku berbasa basi dan lalu duduk di sebelahnya.
Ya, setelah aku merasa terasingkan di sekolahku yang lama, aku berniat pindah kesini lagi.” ujar Fian.
Mungkinkah kita berjodoh?” aku berkata lirih
Apa? Aku tak mendengarnya!” Fian menyuruhku mengulang kata-kata yang terakhir kuucapkan.
Ah, tidak!! Aku bercanda.” Aku salah tingkah ketika itu harus kukatakan padanya.
Haizz.. kau ini masih saja sama seperti yang kukenal dulu.” ucap Fian.
Hahaha… masa?” aku semakin salah tingkah ketika menyandingnya seperti ini.
Eh, Lit, apakah ini topi pemberianku dulu?” tanya Fian melihat dan mengamati topi yang saat ini kukenakan.
Hmm, iya! “ aku lalu melepasnya dan kuperhatikan seksama topi yang sudah mulai pudar warnannya itu.
Kau ini lucu sekali, Lita, hahahaha” Fian tertawa melihatku.
Memang kenapa?” aku bingung.
Topi yang mulai lusuh ini masih saja kau pakai,” ujarnya.
Aku memakainya karena kamu,” jawabku.
Aku?” jawab Fian bingung.
Yah.“ kataku lirih.                                                                                                                                                
Suasana di antara kami mulai hening.                                                                                              
Lalu aku melanjutkan perkataanku, Sebenarnya setiap kali aku keluar, entah itu ke sekolah atau ke manapun aku pergi, aku selalu memakainya. Jika aku memakainya, aku merasa akan selalu mengingatmu. Fian, cobalah ingat ketika kita dulu masih sekelas. Meskipun itu kejadian yang sederhana, namun sekarang aku tahu, itu adalah suatu memori dimana aku bisa selalu mengingatmu” aku bercerita panjang lebar mengenai kenanganku dengan dirinya waktu masih sekelas dulu.
Hei Lita??” Fian kagum denganku yang masih saja mengingat kenangan itu, dan ia memasang wajah merah di pipinya.
Perlu kau mengerti, aku kira topi ini selalu ada dan selalu melindungiku dari panas, hujan, bahkan topi ini sangat bermakna untukku.” kataku.                                                                                     Lita, aku tak ingin lagi mengingat masa itu, please, jangan ungkit-ungkit lagiFian mulai memasukkan buku yang baru saja ia baca dan sepertinya ia jengkel jika aku terus berbicara tentang masa laluku dengannya.
Fian jangan pergi!!” aku coba menghentikan langkahnya.
Aku tahu, kau pernah berjanji untuk sekedar menjadi temanku, ketika dulu aku berkata aku menyukaimu. Lalu apa maksudmu seperti ini?” kata Fian dengan nada tinggi.                             
“Aku mulai sadar ketika kamu meninggalkan sekolah ini. Dan ternyata dirimulah orang yang selalu kurindukan.” jawabku dengan mata berkaca kaca.
“Selamat pagi….”
Terdengar suara
guru masuk ke ruang kelas. Lalu aku menghapus air mataku itu dari keharuan.
Sudah! Kita bertemu di Baverage Juice saja nanti.” Fian menghentikan tangisanku dan pelajaran pun dimulai seketika setelah guru mengucap salam.

                                                                        ***

            Sepulang sekolah ketika jam tanganku menunjuk pukul 15.25, aku menagih janji Fian untuk pergi ke Baverage Juice untuk berbincang-bincang lagi. Namun di sisi lain, Rendy melihatku bersama Fian sedang berbincang ceria.

Lita?” ucap Rendy yang tiba-tiba datang dengan wajah yang sedikit kesal.
Hai,Ren.. bergabunglah dengan kami..selamat berjumpa kembali” Fian beranjak berdiri lalu mengulurkan tangan untuk mengajak berjabatan tangan denganRendy. Rendy cuek dengan sikap Fian saat ini.                                                                                                                                                             Lita… kamu bohong denganku” ucap Rendy dengan marah.                                                                   Aku mengajak Rendy bergeser jauh dari tempatku duduk yang sebelumnya.
Maafkan aku Ren, aku bertemu Fian juga baru saja, biarkanlah aku menikmati perjumpaanku kembali dengannya” ujarku.                                                                                                              “Tapi kau telah mengingkari janjiku untuk pergi ke Baverage Juice bersama.” ucapnya masih dengan nada tinggi.
Ren, jujur saja, meskipun aku dulu pernah menyukaimu, tapi sebenarnya aku semakin lama tak merasakan kesenangan dari perasaanku dan dari sikapmu padaku.kataku.
Jadi, kamu ingin aku pergi jauh, Lit?” tanya Rendy.
Maafkan aku, Ren…aku menyukai Fian, aku nyaman dengan dia, please, mengertilah aku. Aku bukan mesin yang selalu kau atur.” aku mengatakan sedikit perkataan yang menyesakan hati Rendy.                                                                                                                                                                             Oke.. Jika itu maumu, aku akan pergi dari kehidupanmu!!”  Rendy mengatakan kata-kata itu di depanku lalu ia pergi, pergi dengan memberikan kebahagiaan padaku dan Fian.